Kamis, 21 Mei 2009

MEMAHAMI BAGAIMANA ANAK BELAJAR MATEMATIKA

Para guru percaya bahwa proses pembelajaran membuat sebuah perbedaan di dalam kelas, sebuah studi yang dalam, dan pemahaman bagaimana matematika dipelajari yang seharusnya menjadi prioritas tinggi untuk setiap guru dasar.
 Bagaima Cara Anak Belajar Matematika
Pada awal abad duapuluh, John Dewey menyatakan bahwa belajar berasal dari pengalaman dan keterlibatan aktif oleh para pelajar. Maksudnya telah banyak ditemukan sejak diketahui bahwa bagaimana anak-anak itu belajar matematika, tetapi pengalaman merupakan hal yang sangat penting dan tidak tergantikan oleh keterlibatan aktif para pelajar. Baru-baru ini Jean Piaget berpendapat bahwa para pelajar dengan aktif membangun pengetahuan mereka masing-masing. Pandangan pembelajaran ini dikenal sebagai konstruktivisme yang menyatakan bahwa tidak hanya menerima informasi baru, tetapi para siswa menginterpretasikan apa yang mereka lihat, dengar, atau lakukan sesuai apa yang mereka telah ketahui. Adapun Kunci dari dua unsur utama teori ini adalah tentang bagaimana anak berpikir dan belajar. Pandangan ini sudah lama berhubungan dengan pembelajaran matematika (behaviorisme) dan pembelajaran bermakna (konstruktivisme).
Nikson mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali.
John Dewey menguatkan teori konstruktivis ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau juga menekankan kepentingan keikutsertaan peserta didik di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.
Membangun Perilaku (Behavior)
Behaviorisme adalah akar pada stimulus-respon dan belajar yang dikondisikan. Teori ini menyatakan bahwa perilaku dapat dibentuk melalui reward dan hukuman-hukuman. Menurut Slameto Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selanjutnya pendapat lain yang dikemukakan oleh Z. P. Dienes mengemukakan bahwa belajar matematika yang melibatkan suatu struktur hirarki dan konsep-konsep yang lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah dibentuk sebelumnya.
Beberapa ciri pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru adalah sebagai berikut :
1. Mengaktifkan motivasi,
2. Memberitahukan tujuan belajar,
3. Merancang kegiatan dan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif, terutama secara mental,
4. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang berfikir siswa,
5. Memberikan bantuan terbatas kepada siswa tanpa memberikan jawaban final,
6. Menghargai hasil kerja siswa dan memberikan umpan balik,
7. Menyediakan aktivitas dan kondisi yang memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan.
Membangun Pemahaman
Gagasan dari pembelajaran bermakna yang diutarakan oleh William Brownell selama satu setengah abad dua puluh adalah pelopor dari konstrukvisme. Brownell membayangkan matematika sebagai sebuah gagasan-gagasan yang terajut kuat, prinsip-prinsip, dan proses suatu struktur bahwa harus menjadi batu penjuru untuk pembelajaran matematika.
Matematika dapat dan perlu dipahami. Jika demikian, maksudnya dan dipahami sebagai suatu disiplin dengan order, struktur, dan banyak hubungan-hubungan; dan kemungkinan yang akan disebutkan di dalam bermacam situasi-situasi pemecahan masalah. Pembelajaran bermakna menetapkan dasar untuk keterkaitan mathematical yang telah disampaikan di dalam NCTM Standards (1989) dan Addenda Series (NCTM 1991-93). Pembelajaran bermakna adalah juga satu bagian integral dari konstruktivisme.
Tiga prinsip yang mendasar pada konstruktivisme pada siswa untuk membangun pengetahuan matematika mereka :
1. Menerima pengetahuan yang tidak pasif; pengetahuan adalah dengan aktif diciptakan atau ditemukan (dibangun) oleh para siswa. Piaget (1972) mengusulkan bahwa matematika dibuat (dibangun) oleh anak-anak, tidak menemukan seperti suatu batu karang maupun menerima dari lainnya sebagai suatu hadiah. Teori Pembelajaran Matematika berdasar Teori Belajar Piaget, yaitu mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu.
Periode berpikir yang dikemukakan Piaget adalah sebagai berikut:
• Periode sensori motor (0 – 2) tahun
• Periode pra-operasional (2 – 7) tahun
• Periode operasi konkret (7 – 11) tahun
• Periode operasi formal, dari sekitar umur 11 tahun dan seterusnya
2. Para siswa menciptakan (membangun) pengetahuan mathematical baru dengan refleksi tindakan-tindakan mental dan fisik mereka. Mereka mengamati hubungan-hubungan, mengenali pola-pola, membuat generalisasi dan abstrak-abstrak ketika mereka mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam struktur mental mereka yang ada (Dienes 1960). Pembelajaran Matematika berdasar Teori Belajar Dienes adalah ditekankan pembentukan konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada pembentukan konsep yang abstrak. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi beberapa tahap yaitu:
• Permainan Bebas (Free Play).
• Permainan yang Menggunakan Aturan (Games).
• Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities).
• Permainan Representasi (Representation) meliputi: Representasi, dan Permainan dengan Simbolisasi (symbolization).
3. Pembelajaran mencerminkan suatu proses sosial di mana anak-anak terlibat dalam tanya jawab dan diskusi diantara mereka disamping yang lain (termasuk para guru) agar mereka berkembang secara intelektual (Bruner 1986). Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Bruner yang menyatakan bahwa pembelajaran konstruktivis berdasarkan keterlibatan aktif peserta didik dalam penyelesaian masalah dan pemikiran kritikal dalam aktivitas pembelajaran. Mereka membina pengetahuan melalui pengalaman sendiri dengan menguji idea-idea segala informasi dan mengaplikasikannya kepada situasi baru.

 Pengetahuan Matematika apa yang dipelajari ?
Diyakini bahwa kemampuan (pengetahuan prosedural) dan konsep-konsep (pengetahuan konseptual ) keduanya penting untuk keahlian dalam matematika. Sebagai guru, kita membutuhkan pemahaman apa yang merupakan prosedural dan pengetahuan konseptual dan pentingnya membantu para siswa dalam mengkoneksikan dan menetapkan hubungan bermakna diantara mereka.
Pengetahuan prosedural didasarkan pada suatu urutan dari tindakan-tindakan, seringkali menyertakan aturan-aturan dan algoritma; pengetahuan konseptual , sebaliknya, didasarkan pada jaringan yang terkoneksi termasuk hubungan yang luas dan informasi yang diskrit (Hiebert dan Lefevre 1986).
 Implikasi dari apa yang kita tahu tentang pengetahuan matematika
Prinsip-prinsip yang praktis untuk mengajar matematika didasarkan pada penggabungan dari riset, pengalaman pengajaran, dan berpikir tentang bagaimana anak-anak belajar matematika.
 Prinsip 1: Melibatkan siswa dengan aktif
Prinsip ini didasarkan pada keyakinan; penghukuman bahwa keterlibatan yang aktif akan mendorong para siswa untuk mengerti apakah mereka melakukan dan dengan demikian mengembangkan pemahaman matematikanya lebih besar.
 Prinsip 2: Pengetahuan behubungan dengan perkembangan
Pelajaran efisien dan efektif matematika tidak hanya terjadi. Anak-anak belajar terbaik ketika topik-topik matematika adalah sesuai dengan tingkatan pengembangan mereka dan diperkenalkan dalam cara satu kenyamanan dan menarik bahwa menantang pengembangan intelektual mereka.
 Prinsip 3: Berdasar pada belajar sebelumnya
Matematika yang harus tertata sehingga itu adalah yang sesuai dan dapat dimengerti kepada para siswa.
 Prinsip 4: Komunikasi merupakan pelengkap
Pentingnya komunikasi di dalam pelajaran matematika dipertunjukkan oleh fakta bahwa komunikasi adalah satu hanya empat patokan NCTM yang bersifat trighlighted di dalam semua level kelas.
 Prinsip 5: Pertanyaan bermutu memudahkan pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan baik mengambil bermacam bentuk yang berbeda, tetapi secara umum ditandai oleh potensi mereka untuk mendorong pemikiran kritis, menetapkan hubungan-hubungan, dan mempromosikan koneksi yang bermakna.
 Prinsip 6: Memanipulasi bantuan pembelajaran
Bahan-bahan dan model-model manipulatif diasumsikan suatu peran yang kritis dalam membantu para siswa belajar matematika sekolah dasar (Suydam 1986).
 Prinsip 7: Metakognisi mempengaruhi belajar
Suatu dasar riset yang berkembang menyatakan bahwa apa yang para siswa ketahui atau percaya tentang diri mereka ketika pelajar-pelajar matematika tidak hanya sangat mempengaruhi penampilan mereka, tetapi juga mempengaruhi perilaku mereka ketika mereka mengerjakan matematika (Campione et al. 1988).
 Prinsip 8: Sikap guru sangat penting
Para guru yang menyenangi pengajarannya dan berbagi ketertarikannya dan antusiasnya untuk pokok materi cenderung untuk menghasilkan para siswa yang suka matematika (Renga dan Dalla 1993).
 Prinsip 9: Pengalaman mempengaruhi ketertarikan
Tingkat emosi negatif bisa dicerminkan oleh kegelisahan; rasa tidak aman, seperti juga takut gagal, hukuman, ejekan, atau menggambarkan dengan sesuatu yang sinis. Dalam beberapa para siswa, ketertarikan matematika bisa dicerminkan sebagai suatu sikap negatif terhadap matematika atau sebagai suatu reaksi hal negatif yang secara emosional kepada matematika.
 Prinsip 10: Keserasian jenis kelamin bersifat sama
Para guru juga lebih menunjukan kegagalan anak-anak lelaki kepada kurangnya motivasi meraka dibanding kegagalan anak-anak perempuan. Anak-anak perempuan boleh mengambil kritik seperti dan berpikir ini adalah suatu indikator yang benar dari bakat mereka di dalam matematika.
 Prinsip 11 :Ingatan dapat ditingkatkan
Salah satu aspek penting dalam belajar adalah ingatan. Ingatan berkaitan dengan jumlah banyaknya pengetahuan yang dimilki. Sikap pelupa adalah penyakit dari berbagai disiplin ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar