Kamis, 21 Mei 2009

MELAYANI PERBEDAAN INDIVIDU

Murid pada tingkat yang sama memiliki kesukaan pada banyak cara. Mereka sama pada banyak hal, tetapi bahkan ada juga yang sangat berbeda. Salah satu keberanian utama seorang guru adalah menghadapi tugas besar dalam melayani perbedaan diantara individu siswa di dalam kelas.
Anak-anak Berbeda
Anak-anak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantara perbedaan tersebut masih berada pada taraf normal, sehingga tidak memerlukan kebijakan khusus. Disisi lain, perbedaan dalam bentuk lain disebut sebagai ketetapan yang harus dibuatkan situasi khusus dalam pembelajaran.
Kita ketahui bahwa perbedaan individu dibedakan menjadi dua bagian, yaitu secara rohani (psikis) dan jasmani (fisik). Secara umum kita dapat melihat berbagai macam perbedaan individual antara lain:
 Perbedaan intelegensi/Kecerdasan
Kapasitas kecerdasan anak secara tradisional telah terukur menggunakan tes IQ (Intelegence Quetion). IQ anak yang berusia 5 tahun yang secara mental berumur 6 tahun diukur dengan tes diperoleh (6÷5) x 100 = 120, atau dinyatakan dengan 100x hasil bagi dari umur secara mental dengan umur yang sebenarnya. Berdasarkan skala kecerdasan Wechsler untuk anak-anak sekolah dasar mempunyai IQ 115 atau lebih dan dikelompokkan sebagai pebelajar cepat kurang dari 3 % mempunyai IQ 130 atau lebih dan kelompokkan sebagai anak berbakat. Kurang lebih dari 16 % mempunyai IQ 85 atau kurang dan dikelompokkan sebagai pebelajar lambat. Keabsahan tes IQ terletak pada subyek yang diperdebatkan secara berkelanjutan dan beberapa kritik yang menyatakan bahwa tes IQ mendeskriminasi terhadap anak dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah. Sehingga disimpulkan bahwa, tes tersebut hanyalah satu bagian dalam mengukur kemampuan seseorang dan tidak terlalu mendominasi.
 Perbedaan Pencapaian
Salah satu cara melihat perbedaan anak secara jelas adalah dengan memeriksa hasil tes pencapaian yang standardisasi dalam matematika. IQ siswa dapat mempengaruhi terhadap pencapaian matematika.
 Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Dalam lingkungan rumah dapat mempengaruhi perilaku siswa terhadap matematika. Dimana dalam perbedaan anak dari lingkungan orang tua berpendidikan dengan anak dari lingkungan social ekonomi rendah serta orang tua yang tidak berpendidikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa adanya korelasi yang positif antara perilaku siswa terhadap matematika dengan perilaku orang tua terhadap matematika. Peneliti dapat menemukan bahwa orang tua dapat mempengaruhi terbentuknya konsep dalam diri anak dalam hubungannya dengan matematika.
 Latar Belakang Budaya dan Etnik
Anak-anak juga berbeda dalam budaya dan etnik mereka. Motivasi untuk belajar dari budaya ke budaya lainnya, sesuai denngan ketertarikan mereka dan nilai yang ditetapkan dalam pencapaian pendidikan.
 Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan juga mempengaruhi tingkat pendidikan. Siswa yang memiliki banyak pengalaman serta pemahaman terhadap matematika, rata-rata merupakan siswa yang tergolong memiliki kemampuan cepat, sedangkan siswa dengan pengalaman yang minim serta kurang melatih kemampuan dasarnya, pada umumnya memiliki kemampuan yang kurang dalam matematika. Siswa-siswa yang mempunyai pengalaman rendah, jenis program latihan terbatas untuk belajar teknik berhitung dan mengingat faktor-faktor dasar dan biasanya mempunyai kesulitan pada tingkat atas matematika dasar.
Menghadapi Perbedaan Individu Dalam Kelas Campuran
Pendidik akan menemukan kemampuan yang bervariasi pada siswa, ada yang berkemampuan tinggi, sedang bahkan ada yang berkemampuan rendah. Pendidik tidak mungkin bisa menerapkan metode yang sama dalam mengakomodir pengetahuan matematika siswa-siswa tersebut. Dua pendekatan yang mudah dalam menampung perbedaan individu dalam kelas campuran. Salah satu cara yang efektif untuk menyesuaikan perbedaan individu dalam kelas heterogen adalah dengan menvariasikan sejumlah waktu pada level kematangan siswa yang berbeda. Ada dua keuntungan yang diperoleh yaitu:
a) Program ini relatif lebih mudah diurus atau diatur
b) Keefektifan cara yang diatas dalam kerangka pengorganisasian kelas
Cara-cara yang dilakukan untuk menampung perbedaan individu dalam pembelajaran matematika meliputi:
1) Pengaturan waktu yag bervariasi (Vary the time)
Pengaturan waktu yang lebih bervariasi perlu dilakukan karena kemampuan anak yang bervariasi. Ada beberapa anak yang memerlukan waktu lebih banyak ketika berhadapan dengan berbagai materi laboratorium, melakukan latihan dasar (basic fact) dan latihan berhitung (computational exercises), pelajaran yang didominasi oleh tugas (A learning center-task), bekerja dalam suatu proyek pengukuran, serta tugas pemecahan masalah.
2) Menvariasikan ruang/tempat (Vary the space)
Siswa mempunyai cara belajar matematika yang tidak sama, ada yang membaca apa yang di dalam buku, ada pula yang hanya melihat dan mendengarkan apa yang dibuat dan disampaikan guru. Oleh karena itu perlu divariasikan ruang dan waktu untuk hal tersebut, baik dalam bentuk kelompok kecil atau dengan menyiapkan kegiatan asistensi bagi murid yang membutuhkan hal tersebut.
3) Menvariasikan siswa dalam kelompok (Vary the people)
Mengingat bahwa pendidik tidak mungkin akan selalu ada bersama siswanya, ketika mereka mempelajari matematika, maka untuk mengantisipasi hal tersebut, ditawarkan beberapa cara antara lain siswa ditempatkan dalam kelompok kecil dengan karakter kemampuan yang berbeda dan tempatkan anak berkemampuan tinggi sebagai ketua kelompoknya, siswa ditempatkan dalam kelompok kecil dengan karakter kemampuan yang sama dan siswa diharapkan dapat saling membantu dan berdiskusi, gunakan murid yang tingkatannya (kelas) lebih tinggi untuk membantu siswa yang tingkatannya (kelas) lebih rendah (cross-age tutor); memberikan petunjuk untuk mengarahkan siswa dalam menemukan apa yang mereka inginkan; serta melibatkan orangtua sebagai sukarelawan yang membantu di kelas ataupun sebagai tutor di rumah.
4) Menvariasikan kurikulum (Vary the curriculum)
Ada topic yang diajarkan secara keseluruhan, tetapi ada pula beberapa topic yang dipilih oleh siswa sendiri.
5) Menvariasikan materi/alat bantu dalam mempelajari matematika (Vary the instructional Materials)
Alat bantu harus divariasikan dan disesuaikan pada kebutuhan siswa. Cara/alat bantu yang digunakan tersebut antara lain special learning center, praktek penggunaan alat bantu, kalkulator dan computer, penggandaan buku yang disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan siswa.
6) Menvariasikan metode pengajaran (Vary the methods of teaching)
Penugasan Pembelajaran suatu pendekatan berbasis kelompok
Dalam penyesuaian metode atau isi yang lebih baik tidak mementingkan hasil, begitu pula dalam peningkatan prestasi. Pendekatan penguasaan pembelajaran telah diusulkan sebagai cara yang memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mencapai tingkat penguasaan yang lebih tinggi.


Pembelajaran mandiri
Pembelajaran mandiri merupakan inti pokok dari sembarang program belajar yang baik yang memuat komponen-komponen dasar sebagai berikut:
a) Tujuan pembelajaran
b) Pengukuran
c) Perintah pembelajaran
Pendekatan Tanpa Menilai untuk Melayani Perbedaan Individu
 Karakteristik ciri-ciri Pebelajar Lambat
1. Kecerdasan dibawah rata-rata
2. Penyesuaian yang lambat terhadap sekolah
3. Lemah secara fisik
4. Bermasalah dalam psikologis dan emosional
5. Berada pada garis kemiskinan
6. Memiliki rintangan atau hambatan
 Menyediakan Pembelajaran yang Tepat untuk Pebelajar Lambat
1. Perlakuan yang perlu diarahkan terhadap penyebab-penyebab lemahnya prestasi.
2. Pembelajaran harus difokuskan pada gejala awal kesulitan dalam matematika.
 Penyesuaian yang dianjurkan untuk pebelajar lemah
1. Pilih isi yang melibatkan kemampuan kelangsungan hidup individu seperti bekerja dengan waktu dan uang.
2. Siapkan sebuah materi pada suatu tingkatan tertentu dan langkah-langkah yang diyakini berhasil.
3. Sediakan peluang luas bahan-bahan laboratorium pada tingkatan penyelidikan.
4. Berikan uji diagnosa secara sistematis untuk menempatkan bagian-bagian yang lemah pada tingkat awal pembelajaran.
5. Desak pemahaman dan penguasaan dari setiap langkah sebelum mempresentasikan hal yang baru untuk menghindari kesalahan prosedur.
6. Sampaikan presentasi dari sebuah proses baru atau topik yang memerlukan waktu lebih lama dari rata-rata siswa yang lain.
7. Gunakan waktu yang lebih lama dan praktek latihan yang bervariasi agar tidak monoton, ubah latihan dengan menggunakan permainan dalam situasi sosial.
8. Lakukan praktek yang sesering mungkin daripada praktek latihan yang lama.
9. Tunda pendahuluan dari suatu topik yang baru sampai siswa memperoleh keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan
10. Jika mungkin, tentukan sumber acuan yang sesuai untuk pebelajar lambat.
11. Amati sesering mungkin perilaku pekerjaan anak.
12. Mengharuskan siswa untuk menjelaskan pola pikirnya dalam penyelesaian masalah atau cara penghitungan.
13. Berikan petunjuk agar siswa dapat mengembangkan keterampilan membaca buku acuan atau materi penunjang yang lain.
14. Ubahlah sikap dan pandangan siswa pada sekolah dan matematika.
15. Libatkan dalam orang tua dalam peningkatan pembelajaran.
16. Hindari mengucilkan anak pebelajar lemah dari anak yang lain.
 Ciri-ciri Pebelajar Cepat
1. Kecerdasan diatas rata-rata
2. Mempunyai prestasi yang tinggi dalam penalaran matematika
3. Penyesuaian yang baik dalam sekolah
4. Status sosial ekonomi yang tinggi
5. Bertanggung jawab dengan tugas
6. Kreatif
7. Penyesuaian sosial
 Menyediakan Pembelajaran yang Tepat untuk Pebelajar Cepat
Sebuah program yang dirancang untuk siswa yang berkemampuan rata-rata tidaklah cukup diterapkan untuk siswa pebelajar cepat karena:
1. Pebelajar cepat dapat meningkatkan rata-rata lebih daripada siswa berkemampuan normal.
2. Pebelajar cepat dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi terhadap isi pebelajar daripada pebelajar normal.
3. Pebelajar cepat dapat menggeneralisasikan dan menemukan pemecahan yang berbeda terhadap satu masalah daripada siswa yang berkemampuan rata-rata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar